Minggu, 12 Mei 2013

CONTOH CERPEN : "WU AINI"


WU AINI

Berhari-hari, hal yang sama terjadi. Hidup yang entah kapan berganti. Derita, hujatan, sayatan tak henti-henti berlalu. Kemirisan yang tak bosan untuk pergi. Mungkin itulah jalan hidup seseorang. Yang dapat berganti seiring waktu. Itulah sedikit gambaran tentang kehidupa yang dialami Aini.
Gadis cantik yang bernama lengkap Wu Aini. Ia tinggal bersama ibunya yang bekerja sebagai penjual mie ramen. Hasil jualan yang hanya cukup untuk makan ibunya dan ia. Sedangkan ayahya adalah seorang buronan dan memiliki kebiasaan judi, mabuk-mabukan dan membunuh.  Setiap harinya ayah Aini selalu meminta uang kepada ibu Aini. Apabila tidak diberi uang ayah Aini tidak segan-segan untuk memukuli ibuya dan dirinya.
Suatu hari ketika ibu Aini pergi ke pasar, ayahnya datang untuk meminta uang kepada ibunya. Tapi yang ada di rumah hanya Aini.  “Mana ibunmu..???” bentak  ayahnya. “Ibu sedang ke pasar.”jawab Aini. “Di mana ibumu sembunyikan uangnya??? Di mana ???” bentak ayahnya sambil menedang tubuh Aini. Aini yang kesakitan akan tendangan dan pukulan sang ayah hanya dapat merintih kesakitan. Sedangkan ibu Aini yang sudah datang dari pasar, tidak berani masuk ke rumah. Ibu Aini hanya dapat melihat anaknya yang kesakitan dari balik jendela. Tidak berselang lama ibu Aini memutuskan untuk pergi meninggalkan Aini bersama ayahnya di dalam rumah.
Selang 30 menit kemudian, polisi datang dan menangkap ayah Aini. Ternyata kedatagan polisi akibat laporan dari ibu Aini. Polisi sudah mencari ayah Aini lama, karena terlibat kasus pembunuhan. Tanpa pikir pajang ibu Aini meminta tolong salah satu polisi untuk membawa Aini ke rumah sakit. Tapa disadari ibu Aini, polisi yang ia mintai tolong adalah temannya masa sekolah SMA dulu. Sesampainya di rumah sakit Aini segera mendapat pertolongan dari dokter. Aini mendapat 4 jahitan di punggung, tangan, pelipis dan kaki.  “Yang, terima kasih telah membantuku dan anakku!!” Ucap ibu Aini. “Kau tidak  perlu berterima kasih, ini memang tugasku sebagai polisi. Tanpa laporan darimu kami tidak akan mungkin dapat menangkap buronan yang selama ini kami cari.”Jawab Polisi Yang. Polisis Yang yang dulu pernah mempunyai perasaan pada ibu Aini, menawarkan ibu Aini unruk hidup bersama dengannya. Ibu Aini terkejut mendengar ucapan yang dilontarkan Polisi Yang. “Aku tidak memaksamu untuk menerima tawaran itu semua.” Tegas Polisi Yang. “Baik aku menerimanya.” Jawab ibu Aini.
2 hari kemudian ibu Aini dan Aini pindah ke rumah kediaman Polisi Yang. Polisi Yang tinggal bersama dengan putrinya, Ying. Ying yang tidak menyukai keputusan ayahnya yang mengajak tinggal keluarga Aini tanpa sepertujuan dirinya sehingga ia tidak menyukai Aini. Tapi ia juga tak teg amelihat ayanya hidup sendiri tanpa ada yang memperhatikan.
Aini dan Ying ternyata satu perguruan tinggi tapi mereka berbeda jurusan. Di perguruan tinggi Ying sangat terkenal dan populer, sedangkan Aini cenderung dibenci, dijauhi dan deitakuti karena ia anak dari seorang pembunuh. Namun berbeda dengan Yeng yang malah penasaran dengan kehidupan Aini. Yeng berusaha agar dapat berteman baik dengan Aini. Tapi Aini tertutup dengan semua orang. “Aini,... Aini..” teriak Yeng, tapi Aini malah acuh tak menggubris. “Aku hanya ingin berteman denganmu, tidak lebihdari itu.” Ungkap Yeng. “Kenapa kau ingin berteman dengaku, aku ini anka seorang pembunuh” jawab Aini. “Aku berteman denganmu bukan melihat latar belakngmu  tapi aku jujur ingin berteman denganmu bukan juga karena kasihan”
Setelah hari itu mereka berteman baik. Mereka juga mempuyai tempat spesial yang mereka biasa datangi yaitu taman bermain. Di sekolah mereka banyak yang membenci karena Aini. Mereka juga selalu dikerjai dan dijahili teman-temannya seperti dilempari dengan sampah busuk. Tapi mereka tak pernah merasa terganggu dengan itu semua karena mereka menganggapnya sebagai pujian, tapi pujian yang jelek.
Di samping itu ayah Yeng yang seorang pengusaha terkenal tidak ingin bila anaknya berteman dengan Aini yang seorang anak pembunuh. Ia membenci Aini karena ayah Aini telah membunuh istrinya, Nyonya Wang 2 tahun yang lalu. Oleh karena itu lewat asisten pribadinya ia menyururh preman untuk menculik Aini lalu membunuhnya.
Pada suatu hari Aini dan Ynag berjanji untuk bertemu di taman bermain yang biasa mereka datangi. Yeng datang terlebih dahulu, ia menuggu Aini yang belum datang. Sampai sore  Aini belum datang dan Yeng memutuskan untuk datang menemui Aini di rumah Polisi Yang. Sesampainya di sana ibu Aini juga mengatakan bahwa Aini tadi berpamitan untuk menemui Yeng di taman bermain. Mereka pun panik dan mencari Aini di tempat yangf biasa datangi, namun Aini tidak berada di sana. Meraka memutuskan untuk melaporkan kepada polisi. Polisi pun memulai penyelidikan atas hilangnya Aini. Polisis Yang yang ikut menyelidiki hilangnya anak angkatnya, menemukan sendal Aini dengan seretan kaki.
Yeng pun pulang ke rumah untuk beristirahat. Tapi saat ingin ke kamarnya ia mendengar percakapan ayahnya dengan seseorang di telephon. “Bagaimana sudah kau bunuh anak ingusan itu???” tanya ayahnya kepada seseorang yang ada di telephon. Sentak Yeng terkejut dan mengira-ngira kalau anak ingusan yang disebutkan ayahnya adalah Aini. Tapi Yeng menepis itu semua ia percaya kalau ayahnya tidak akan melakukan hal seperti itu. “Tapi apa alasan itu semua?? Apakah ayahku kenal dengan Aini?? Tidak..tidak .” ucap Yeng.
Ying yang selesai menenangkan ibu Aini yang mengalami shock berat atas hilangnya Aini, memberaniakan diri untuk masuk ke kamar Aini di sana di meja belajar Aini terdapat buku harian Aini yang masih terbuka. Ia berniat untuk menutup buku Aini, hal yang tak pernah ia lakukan selama ini. Tapi ia penasaran dengan isi dari buku harian tersebut. Ia baca dan ia menemukan satu halaman yang ditujukan kepada Yeng. Seketika itu ia pergi ke rumah Yeng. Sesampainya di sana ia di halangi oleh penjaga rumah Yeng. Kemudian ia berteriak-teriak memanggil Yeng. Yeng pun keluar fdan menyuruh penjaga rumahnya meninggalkannnya sendiri bersama Ying. “Ada apa kau kemari ?” tanya Yeng. “Aku ingin memberikan ini padamu.”jawab Ying. “apa ini” “ini buku harian Aini, di dalamnya ada suatu kata yang tertuju padamu”. Yeng kemudian masuk ke kamarnya dan mulai membaca buku diary tersebut. “Wo Aini to Yeng” Yeng seketika kaget dan langsung pergi ke kantor polisi untuk melaporkan bahwa ayahnya ingin membunuh seseorang. Polisi yang mendapat laporan tiu langsung bertindak cepat untuk menangkap ayah Yeng. Tapi penangkapan itu telah bocor dan ayah Yeng melarikan diri. Kemudian Yeng memberitahukan bahwa ayahnya berencana membunuh seseorang di gudang tengah hutan. Polisi dan keluarga Aini bergerak menuju hutan. Di hutan ternyata Aini telah berada dalam cekikan ayah Yeng. Ayah Yeng yang akan menembak Aini tidak mengetahui bahwa ada polisi di belakangnya. Ketika akan menarik pistolnya untuk membunuh Aini, ternyata peluru panas telah menembus  ke dalam jantungnya. Seketika itu ia rebah dan meninggal dunia. Yeng pun menangisi ayahnya yang telah tiada dan Aini pun selamat.
Keesokan harinya Yeng menjemput Aini untuk bertemu di taman bermain yang biasa di datanngi. Di sana Yeng memberikan buku harian Aini yang diberikan Ying kepada Yeng. “bagaimana ini bisa berada di tanganmu.” “ini yang memberikan Ying.” “dasar Ying” “Wu Aini..” “apa” tanya Aini. “Wu aini, aku cinta padamu” jawab Yeng, seketika itu Aini juga membalas perkataan Yeng kalau dia juga suka Yeng, tapi ia meminta Yeng mengucapkannya lagi dan lagi “ Wu Aini.... Wu Aini.... Wu Aini.... Wu Aini....”



TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar